MESJID AGUNG TASIKMALAYA



SAAT melewati pusat kota di Jalan KH Zainal Mustofa, Kota Tasikmalaya, setiap orang yang datang pasti terpesona dengan bangunan mesjid yang satu ini. Pasalnya, selain memiliki ciri khas dengan konsep atap dengan warna kuning emas juga empat menara yang menyerupai Mesjid Haram di Mekah memperlihatkan arsitektur yang sangat megah dan bernilai seni tinggi.
Secara historis meski sudah mengalami lima kali renovasi secara total, namun pihak DKM Mesjid Agung Tasikmalaya tidak memiliki catatan sejarah secara lengkap mengenai bangunan mesjid yang menjadi saksi sejarah perjuangan rakyat Tasikmalaya dalam menentang penjajahan. Tetapi, kemudian hari ditemukan sedikit catatan sejarah bahwa Mesjid Agung Tasikmalaya dibangun oleh Bupati Sumedang Raden Tumenggung Aria Suryaatmaja pada tahun 1886 hingga 1888 masehi diatas tanah seluas 400 bata atau 6.000 meter persegi.
Setelah selesai, bangunan mesjid tersebut kemudian diserahkan kepada Patih Demang Sukma Amijaya Tasikmalaya untuk kemudian diurus dan dikembangkan. Seiring waktu ke waktu, renovasi kemudian dilakukan karena berbagai kejadian alam yang terjadi. Seperti pada tahun 1977 terjadi gempa hebat yang membuat bangunan mesjid retak dan arsitektur manapun tidak mampu merenovasinya, akhirnya renovasi dilakukan secara total dengan cara menghancurkan dan mendirikan kembali bangunan mesjid dengan konsep baru.
Terakhir, renovasi total dilakukan pada tahun 2000 atas kesepakatan bersama pemerintah Kab Tasikmalaya dan para ulama. Pasalnya, bangunan mesjid banyak dikira oleh musafir yang hendak berziarah sebagai bangunan pabrik. Warga Tasikmalaya kemudian bahu membahu menggalang dana hingga terkumpul uang sebesar Rp7,9 miliar, akhirnya mesjid kembali direnovasi secara total dengan arsitek Slamet Wirasonjaya. Luas lahan saat ini menjadi 500 bata atau 7.215 meter persegi dengan luas bangunan 2.456 meter persegi yang mampu menampung 8.000 jemaah.
Wakil Sekretaris DKM Mesjid Agung Tasikmalaya Abay Bayanudin mengatakan, saat ini masih mengumpulkan sejarah mengenai bangunan mesjid tersebut yang berdasarkan cerita dari mulut ke mulut bangunan mesjid dibangun dengan menggunakan bahan dari kayu jati murni. “Sebenarnya bangunan mesjidnya dulu kecil, tetapi bangunannya sangat kokoh karena secara keseluruhan terdiri dari bahan kayu jati. Saat ini kami sendiri sedang mengumpulkan bahan mengenai sejarah bangunan mesjid ini yang sampai saat ini belum diketahui secara pasti,” kata Abay.
Yang menjadi ciri khas bangunan mesjid tersebut, kata Abay, memiliki dua menara yang menyerupai bangunan mesjid haram di Mekkah serta tersimpan sebuah bedug berukuran raksasa yang berhasil meraih penghargaan sebagai bedug terbesar dari MURI. “Jadi arsitektur bangunan mesjid ini lebih mengarah ke timur tengah, meski terkadang orang berpendapat lebih mirip bangunan mesjid di daerah Malaysia. Tetapi kemungkinan besar memang mengikuti arsitektur Malaysia yang juga berkiblat ke arsitektur timur tengah seperti Turki, dan Arab Saudi,” jelasnya.
Meraih Juara Umum Pemberdayaan Umat Se-Jabar
Ada prestasi yang membanggakan dari para pengurus DKM Mesjid Agung Tasikmalaya, yakni pada tahun 2006 berhasil meraih juara umum se-Jabar sebagai mesjid yang melakukan pemberdayaan kepada umatnya. Pengurus DKM berhasil melakukan berbagai kegiatan sosial kepada masyarakat serta mampu menciptakan perekonomian dengan cara mendirikan koperasi yang dijalankan para pengurus dengan berkantor tak jauh dari bangunan mesjidnya sendiri.
“Saya sendiri tidak menyangka atas penghargaan tersebut, hanya memang untuk melaksanakan kegiatan sosial pengurus DKM disini selalu mendapatkan kerjasama dengan berbagai perusahaan. Sedangkan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakatnya, Alhamdulillah kami berhasil mengembangkan koperasi. Sehingga DKM Mesjid Agung bisa mandiri terutama untuk biaya mengurus kebutuhan mesjid setiap harinya,” pungkas Abay.

Posted in Labels: |

2 comments:

  1. Haris Says:

    bagus ya mesjidnya, lama gak ke tasik

  2. Anonymous Says:

    sayangnya gwa lum pernah ke Tasik.